Arfa dan Feizal… dua nama itulah yang selama 1 tahun terakhir mengisi hari-hariku.
Arfa…
Aku mengenalnya saat apresiasi seni ketika adanya MOPD atau ospek untuk tingkat VII yang merupakan siswa baru. Ketika itu, aku baru saja menginjak tingkat VIII di sebuah Sekolah Menengah Pertama yang menjadi sekolah terfavorit di kotaku. Dan ternyata Dia menempati ruang kelasku yang dulu bahkan satu kelas dengan adik sepupuku yang juga sekolah di tempat yang sama denganku. Sayang, aku sudah menginjak tingkat VIII, mungkin kalo aku baru masuk, aku bisa satu kelas sama dia..hmppptttt....
Tapi, meskipun begitu, aku sempat merasakan kasih sayangnya dia ketika aku telah menginjak Sekolah Menengah Kejuruan tepatnya tingkat X. Saat itu aku begitu mencintainya, saat dia merasakan patah hati karena ditinggal kekasihnya, akulah yang berada disampingnya. Kita tidak pernah memandang cinta dari usia, yang pasti aku kagum akan talenta dan perhatian dia.
Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila [!]
Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan arfa tak pasti, bertemankah atau berpacarankah… [?]
Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hari,
Berpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang aku butuhkan karena perhatiannya sangat aku suka,
Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.
Arfa datang lebih awal daripada Feizal, mungkin jika Feizal datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.
Feizal... Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja patah hati dan mulai kehilangan arah. Awal aku mengenalnya saat aku mengikuti sebuah organisasi disekolahku (SMK). Ketika ada sebuah kegiatan organisasi, di mana pada kegiatan tersebut terdapat outbond yang cukup menakutkan buat kaum cewek, kita harus melewati sebuah sungai yang aliran airnya cukup deras, saat aku menuruni sebuah tebing menuju sungai, tiba-tiba aku terpeleset dan hampir saja terjatuh, namun karena adanya seseorang yang membantu menopangku akhirnya aku tidak terjatuh...(hhuffttt,,,sungguh tak terbayangkan bila tak ada dia yang menopangku)...hhaha lebeh dikit gapapa yah Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya saat dia telah bersama cewek lain yang masih satu angkatan juga satu sekolah dengan ku. Hubunganku dengan Feizal juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku tak pernah merespon kasih sayang yang dia berikan padaku saat aku masih belum menyadari perasaanku sebenarnya karena aku terlalu dibutakan oleh Arfa. Aku selalu saja membanggakan Arfa dihadapan Feizal, dan hal itulah yang membuat Feizal mundur untuk mendapatkan hatiku dan pergi bersama cewek lain. Hati ini memang terasa sangat sakit setelah mengetahui Feizal bersama cewek itu, namun sikap Feizal tak begitu berubah meskipun dia telah memiliki pacar, mungkin hal itulah yang membuatku yakin tuk tetap bersabar menunggunya. Saat aku mulai merasa benar-benar sayang terhadap Feizal, dan mulai melupakan Arfa, tiba-tiba saja Arfa datang kembali dan meminta aku untuk kembali padanya. Aku tak mengerti apa yang telah terjadi? Arfa datang dengan kata-kata manis yang hampir membuatku jatuh lagi padanya. Namun, saat Feizal mengetahui hal ini, aku merasa sepertinya Feizal takkan pernah bisa merelakan aku tuk bersama dengan Arfa lagi karena dia telah mengetahui bahwa Arfa memiliki sifat playboy dan ujung-ujungnya pasti nyakitin hati aku lagi. Tapi hingga saat ini seolah Feizal tak menyerah untuk merubah pola pikirku agar aku bisa lebih dewasa lagi. Dia cukup memiliki nama yang tenar disekolahku, entah itu karena penampilannya, kebaikannya, kepintarannya, ataupun karena wajah dia yang begitu menarik. Saat pertama aku memasuki sekolahku, dan saat aku mengenalnya, tak pernah terpikir dalam benakku jikalau aku akan terjerat dalam kisah cintanya. Sungguh Arfa dan Feizal adalah dua sosok pribadi yang bertolak belakang,walaupun mereka memiliki talenta yang sama dalam bermain musik. Aku adalah seorang wanita, yang selama 2 tahun terakhir dilanda dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap 2 laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut. Aku sudah bosan menjalani kegagalan perjalanan cintaku, beberapa bulan sebelum aku mengenal Feizal, aku sudah berniat untuk memilih seseorang yang lebih dewasa agar dia dapat menuntun kehidupanku. Selama beberapa bulan aku mengenal mereka, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi saat aku mengabaikan Arfa, keadaan sudah berubah, Feizal telah memiliki seorang cewek yang juga masih satu sekolah denganku. Aku tak tahu apakah dia masih memiliki perasaan terhadapku atau tidak, aku tak tahu. Saat aku mengabaikan Arfa, hatinya mungkin sangat terluka bahkan mungkin yang paling terluka adalah aku. Aku hanya memikirkan dan mengikuti perasaanku tanpa mau peduli perasaan orang lain, tapi apa yang aku dapat??? sekuat apapun aku meyakini perasaanku terhadapnya, toh sekarang aku yang terlambat. Mungkin ini karma untukku… Hal itu benar-benar membuatku semakin mengerti arti kasih sayang. Aku merasakan apa yang Arfa rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan Feizal tak seperti yang aku harapkan. Dengan jelas dia mengatakan dia telah memiliki kekasih. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta Arfa, aku sendiri yang akan terluka. Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih, yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapkan 2 kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, maaf untuk Arfa yang mungkin terluka, maaf untuk Feizal karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin. Perlu kau tahu, hati ini selalu terbuka untukmu Feizal. Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku. Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak singgah lagi pada kisah yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua… Aku telah menuliskan beberapa puisi sebagai siratan dari kisah ini…
Feizal... Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja patah hati dan mulai kehilangan arah. Awal aku mengenalnya saat aku mengikuti sebuah organisasi disekolahku (SMK). Ketika ada sebuah kegiatan organisasi, di mana pada kegiatan tersebut terdapat outbond yang cukup menakutkan buat kaum cewek, kita harus melewati sebuah sungai yang aliran airnya cukup deras, saat aku menuruni sebuah tebing menuju sungai, tiba-tiba aku terpeleset dan hampir saja terjatuh, namun karena adanya seseorang yang membantu menopangku akhirnya aku tidak terjatuh...(hhuffttt,,,sungguh tak terbayangkan bila tak ada dia yang menopangku)...hhaha lebeh dikit gapapa yah Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya saat dia telah bersama cewek lain yang masih satu angkatan juga satu sekolah dengan ku. Hubunganku dengan Feizal juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku tak pernah merespon kasih sayang yang dia berikan padaku saat aku masih belum menyadari perasaanku sebenarnya karena aku terlalu dibutakan oleh Arfa. Aku selalu saja membanggakan Arfa dihadapan Feizal, dan hal itulah yang membuat Feizal mundur untuk mendapatkan hatiku dan pergi bersama cewek lain. Hati ini memang terasa sangat sakit setelah mengetahui Feizal bersama cewek itu, namun sikap Feizal tak begitu berubah meskipun dia telah memiliki pacar, mungkin hal itulah yang membuatku yakin tuk tetap bersabar menunggunya. Saat aku mulai merasa benar-benar sayang terhadap Feizal, dan mulai melupakan Arfa, tiba-tiba saja Arfa datang kembali dan meminta aku untuk kembali padanya. Aku tak mengerti apa yang telah terjadi? Arfa datang dengan kata-kata manis yang hampir membuatku jatuh lagi padanya. Namun, saat Feizal mengetahui hal ini, aku merasa sepertinya Feizal takkan pernah bisa merelakan aku tuk bersama dengan Arfa lagi karena dia telah mengetahui bahwa Arfa memiliki sifat playboy dan ujung-ujungnya pasti nyakitin hati aku lagi. Tapi hingga saat ini seolah Feizal tak menyerah untuk merubah pola pikirku agar aku bisa lebih dewasa lagi. Dia cukup memiliki nama yang tenar disekolahku, entah itu karena penampilannya, kebaikannya, kepintarannya, ataupun karena wajah dia yang begitu menarik. Saat pertama aku memasuki sekolahku, dan saat aku mengenalnya, tak pernah terpikir dalam benakku jikalau aku akan terjerat dalam kisah cintanya. Sungguh Arfa dan Feizal adalah dua sosok pribadi yang bertolak belakang,walaupun mereka memiliki talenta yang sama dalam bermain musik. Aku adalah seorang wanita, yang selama 2 tahun terakhir dilanda dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap 2 laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut. Aku sudah bosan menjalani kegagalan perjalanan cintaku, beberapa bulan sebelum aku mengenal Feizal, aku sudah berniat untuk memilih seseorang yang lebih dewasa agar dia dapat menuntun kehidupanku. Selama beberapa bulan aku mengenal mereka, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi saat aku mengabaikan Arfa, keadaan sudah berubah, Feizal telah memiliki seorang cewek yang juga masih satu sekolah denganku. Aku tak tahu apakah dia masih memiliki perasaan terhadapku atau tidak, aku tak tahu. Saat aku mengabaikan Arfa, hatinya mungkin sangat terluka bahkan mungkin yang paling terluka adalah aku. Aku hanya memikirkan dan mengikuti perasaanku tanpa mau peduli perasaan orang lain, tapi apa yang aku dapat??? sekuat apapun aku meyakini perasaanku terhadapnya, toh sekarang aku yang terlambat. Mungkin ini karma untukku… Hal itu benar-benar membuatku semakin mengerti arti kasih sayang. Aku merasakan apa yang Arfa rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan Feizal tak seperti yang aku harapkan. Dengan jelas dia mengatakan dia telah memiliki kekasih. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta Arfa, aku sendiri yang akan terluka. Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih, yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapkan 2 kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, maaf untuk Arfa yang mungkin terluka, maaf untuk Feizal karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin. Perlu kau tahu, hati ini selalu terbuka untukmu Feizal. Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku. Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak singgah lagi pada kisah yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua… Aku telah menuliskan beberapa puisi sebagai siratan dari kisah ini…